Segar, kenyal, dan nikmat, nata de coco selalu berhasil mencuri perhatian saat hadir dalam semangkuk es campur atau segelas minuman dingin. Kehadirannya seolah menjadi pengingat akan kenikmatan tropis yang tak pernah gagal menyejukkan panasnya hari-hari. Tak hanya memanjakan lidah, sensasi mengunyahnya pun memberikan pengalaman tersendiri yang membuat kita selalu ingin menikmatinya lagi.
Di balik tampilannya yang sederhana, nata de coco menyimpan daya tarik yang sulit ditolak. Makanan ini tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi sering kali menjadi bintang utama dalam berbagai hidangan penutup modern. Bagi banyak orang, nata de coco lebih dari sekadar camilan—ia adalah simbol kesegaran yang tak pernah lekang oleh waktu.
Apa Itu Nata De Coco
Nata de coco adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter xylinum yang dibuat dari bahan baku air kelapa. Dalam bahasa Spanyol, kata “nata” berarti krim, mengacu pada tekstur lembut dan kenyal dari produk ini. Meskipun berasal dari Filipina, nata de coco telah mendunia, menjadi favorit banyak orang berkat rasa netralnya yang mudah dikombinasikan dengan berbagai jenis makanan dan minuman.
Keberadaan nata de coco juga mencerminkan inovasi dalam memanfaatkan air kelapa, yang sering kali dianggap sebagai limbah. Proses pembuatannya tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi air kelapa, tetapi juga mendukung keberlanjutan dengan mengurangi limbah organik.
Cara Pembuatan Nata De Coco
Prinsip pembuatan nata de coco ialah bibit nata (bakteri Acetobacter xylinum) akan membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol sehingga bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. Nata de coco ini dibuat dari 5,5 L air kelapa yang telah disimpan selama 3 hari.
Tujuan penggunaan air kelapa yang sudah disimpan selama 3 hari tersebut ialah supaya menghasilkan nata yang lebih lunak dan rasanya lebih enak. Karena jika menggunakan air kelapa yang masih baru (fresh) maka nata yang dihasilkan menjadi keras. Air kelapa tersebut disaring terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang tercampur di dalam air kelapa.
Air kelapa tersebut dipanaskan sampai mendidih yang selanjutnya ditambahkan 6 mL asam asetat, 1 sdm pupuk ZA dan 1 sdm gula pasir serta diaduk sampai merata. Tujuan dari pemanasan sampai mendidih ialah untuk membunuh bakteri-bakteri yang tidak dibutuhkan yang terdapat dalam air kelapa sehingga air kelapa menjadi steril. Adapun fungsi penambahan asam asetat ialah sebagai pemberi suasana asam sekaligus sebagai pengenyal.
Pembuatan nata de coco dalam kondisi asam tersebut dikarenakan bakteri Acetobacter xylinum (bibit nata de coco) hanya dapat membentuk serat- serat selulosa berbentuk batang yang selanjutnya menjadi lembaran- lembaran nata hanya dalam kondisi asam. Fungsi penambahan pupuk ZA ialah sebagai sumber nitrogen yang merupakan nutrisi bagi bakteri Acetobacter xylinum.
Sedangkan fungsi penambahan gula pasir ialah sebagai sumber karbon yang merupakan nutrisi bagi bakteri Acetobacter xylinum yang mana gula tersebut merupakan glukosa, yakni termasuk dalam golongan hidrokarbon, sehingga gula merupakan senyawa yang banyak mengandung karbon.
Campuran reaksi tersebut didinginkan sebentar (sampai hangat) yang selanjutnya dituang ke dalam loyang. Penuangan campuran reaksi ke dalam loyang tersebut harus dalam keadaan hangat. Hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang tidak digunakan yang terdapat di dalam loyang.
Campuran reaksi dalam loyang tersebut ditutup dengan kertas serta diikat dengan tali dengan tujuan untuk melindungi campuran reaksi dari kotoran- kotoran. Campuran reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam baru kemudian bibit nata de coco (Acetobacter xylinum) dimasukkan ke dalam campuran reaksi.
Pemberian bibit nata de coco yang diberi jeda 24 jam (tidak langsung dituang saat masih hangat) tersebut bertujuan supaya bakteri Acetobacter xylinum tidak mati, karena bakteri mudah mati pada suhu tinggi. Campuran reaksi tersebut ditempatkan dalam tempat yang temperatur dan kelembabannya sesuai selama 7 hari serta tidak boleh digoncang-goncangkan. Hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan tidak terbentuknya matriks nata.
Faktor-faktor yang perlu dikontrol yang dapat mempengaruhi pembuatan nata de coco diantaranya ialah temperatur, kelembaban, kualitas bibit nata de coco, nutrisi bagi bakteri, udara, goncangan serta tingkat keasaman. Pada proses pembuatan nata de coco tersebut bakteri Acetobacter xylinum mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan asam organik lain pada waktu yang sama. Sifat yang paling menonjol dari bakteri tersebut adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa yang selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai lembaran nata. Lembaran nata de coco yang dihasilkan tersebut berupa matrik berwarna putih yang susunannya sangat rapat dan teksturnya masih keras.
Nata de coco memiliki banyak sekali aplikasi. Salah satu aplikasi nata de coco yang paling sering digunakan ialah sebagai produk makanan yang banyak mengandung selulosa. Lembaran nata de coco yang akan dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus di dalam air sampai 3 kali dengan air yang baru setiap kali perebusan sehingga nata de coco menjadi kenyal serta siap dikonsumsi (dengan pengolahan jenis makanan/minuman sesuai selera).